MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN (IDK)
PENGANGKUTAN O2,CO2
DI DALAM DARAH DAN CAIRAN TUBUH
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK 1
DWI MARISTA 04021181419006
MSY. HARTINA
ULFA 04021181419010
HENNY
APRIYANTI 04021281419017
WINNI GIANITA ELDI 04021181419027
SRI MULIA 04021181419040
FAKULTAS
KEDOKTERAN
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN UNSRI
ANGKATAN
2014
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah yang membahas “Pengukuran (Satuan,Standar,SI)” dengan lancar.
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
Ibu Nurna Ningsih S.Kp.,M.Kes selaku
Dosen Pengajar Ilmu Dasar Keperawatan (IDK) yang telah memberikan kesempatan
dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan lancar dan semua
pihak yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir
kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis
pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan
terimakasih.
Penulis
Pengangkutan Oksigen dan Karbon Dioksida
di dalam Darah dan Cairan Tubuh
Definisi 'pengangkutan'
1.
Proses, cara, perbuatan mengangkut: ~ jemaah
haji dr Indonesia dilakukan dng pesawat udara.
2.
usaha membawa, mengantar, atau memindahkan orang atau barang
dr suatu tempat ke tempat lain.
3. 3. Geo pemindahan
bahan lepas batuan oleh air sungai, angin, gletser, air laut, dan gaya berat (http://artikata.com/arti-358021-pengangkutan.html)
Definisi oksigen
Oksigen adalah gas tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi 20% dari udara
yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh
kerak bumi yang padat). ( http://kamuskesehatan.com/arti/oksigen/)
Definisi darah
Darah adalah cairan yang terdapat
pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transportasi zat seperti
oksigen, bahan hasil metabolisme tubuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman,
dan lain sebagainya. (http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-darah-plasma-darah-dan-fungsi-alat-sistem-transportasi-manusia.html)
Definisi Cairan tubuh
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue
fluid, interstitium) adalah cairan suspensi sel di dalamtubuh makhluk multiselular
seperti manusia atau hewan yang
memiliki fungsi fisiologis tertentu. (http://id.wikipedia.org/wiki/Cairan_tubuh)
Pengangkutan
Oksigen dan Karbon Dioksida di dalam Darah dan Cairan Tubuh
Bila
oksigen telah berdifusi dari alveoli
ke dalam darah paru, oksigen diangkut ke kapiler jaringan perifer hampir
seluruhnya dalam bentuk gabungan dengan hemoglobin. Adanya hemoglobin di dalam
sel darah merah memungkinkan darah untuk mengangkut 30 sampai 100 kali jumlah oksigen dapat
diangkut dalam bentuk oksigen terlarut didalam plasma
Dalam sel jaringan
tubuh, oksigen bereaksi dengan berbagai bahan makanan untuk membentuk sejumlah
besar karbon dioksida. Karbon
dioksida ini masuk ke dalam kapiler jaringan dan diangkut kembali ke paru.
Karbon dioksida, seperti oksigen, juga bergabung dengan bahan-bahan kimia dalam
darah yang meningkatkan pengangkutan karbon dioksida 15 hingga 20 kali lipat.
Tujuan
dari penyajian bab ini adalah membahas prinsip-prinsip fisika dan kimia secara
kualitatif dan kuantitatif mengenai pengangkutan oksigen dan karbon dioksida
dalam darah dan cairan jaringan.
Pengangkutan
Oksigen dari Paru ke Jaringan Tubuh
Gas dapat bergerak dari
satu tempat ke tempat lain dengan cara difusi, dan pergerakan ini selalu
disebabkan oleh perbedaan tekanan parsial dari tempat pertama ke tempat
berikutnya. Dengan demikian, oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam darah
kapiler paru karena tekanan parsial oksigen (PO2) dalam alveoli
lebih besar daripada PO2 dalam darah kapiler paru. Dalam jaringan
tubuh lainnya, PO2 yang lebih tinggi dalam darah kapiler daripada
dalam jaringan menyebabkan oksigen berdifusi
ke dalam sel-sel di sekitarnya.
Sebaliknya, bila
oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk karbon dioksida, tekanan karbon
dioksida (Pco2), intrasel meningkat ke nilai yang tinggi, sehingga
menyebabkan karbon dioksida berdifusi ke dalam kapiler jaringan. Setelah darah
mengalir ke pari, karbon dioksida berdifusi keluar dari darah masuk ke dalam
alveoli karena PCO2 dalam darah kapiler paru lebih besar daripada
dalam alveoli. Sehingga, pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah
bergantung pada difusi keduanya dan aliran darah.
Difusi
Oksigen dari Alveoli ke Darah Kapiler Paru
PO2 dari gas
oksigen dalam alveolus rata-rata 104 mm Hg, sedangkan PO2 darah vena
yang masuk kapiler paru pada ujung arterinya, rata-rata hanya 40 mm Hg karena
sejumlah besar oksigen dikeluarkan dari darah ini setelah melalui jaringan
perifer. Oleh karena itu, perbedaan tekanan awal yang menyebabkan oksigen
berdifusi ke dalam kapiler paru adalah 104-40, atau 64 mm Hg. Pada bagian bawah
gambar, terdapat kurva yang memperlihatkan peningkatan PO2 yang
cepat dalam darah sewaktu darah melewati kapiler; PO2 darah
meningkat hampir sebanding dengan peningkatan yang terjadi pada udara alveolus
sewaktu darah telah melewati sepertiga panjang kapiler, yang menjadi hampir 104
mm Hg. Pengambilan Oksigen oleh Darah Paru
Selama Kerja. Selama kerja berat, tubuh manusia membutuhkan 20 kali jumlah
oksigen normal. Juga, karena peningkatan curah jantung selama kerja, waktu
menetapnya darah dalam kapiler paru dapat berkurang hingga menjadi kurang dari
setengah normal. Namun, karena ada suatu faktor pengaman yang besar untuk
difusi oksigen melalui membran paru, darah tersebut hampir sepenuhnya tersaturasi
dengan oksigen pada saat darah meninggalkan kapiler paru. Hal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, kapasitas difusi oksigen meningkat
kira-kira hampir tiga kali lipat selama kerja fisik; hasil ini terutama akibat
meningkatnya daerah permukaan kapiler yang berperan dalam difusi dan juga dari
rasio ventilasi-perfusi yang semakin mendekati ideal di bagian atas paru.
Kedua,
pada keadaan tanpa aktivitas, darah menjadi hampir sepenuhnya tersaturasi
dengan oksigen pada saat melalui sepertiga kapiler paru, dan normalnya ada
sedikit penambahan oksigen yang masuk ke dalam darah selama dua pertiga akhir
dari perpindahannya. Dengan ini, pada keadaan normal, darah menetap dalam
kapiler paru kira-kira tiga kali lebih lama dari yang diperlukan untuk oksigenasi
penuh. Oleh karena itu, selama kerja fisik, walaupun darah hanya sebentar saja
berada dalam kapiler, tetapi darah masih dapat teroksigeniasi penuh atau hampir
penuh.
Transpor Oksigen dalam darah Arteri
Kira-kira 98 persen
darah dari paru yang memasuki atrium kiri, mengalir malalui kapiler alveolus
dan menjadi teroksigenasi sampai PO2 kira-kira 104 mm Hg. Sekitar 2
persennya lagi melewati aorta melalui sirkulasi bronkial, yang terutama
menyuplai jaringan dalam pada paru dan tidak terpapar dengan udara paru. Aliran
darah ini disebut “aliran pintas”, yang berarti darah yang memintas daerah
pertukaran gas. Pada waktu meninggalkan paru, PO2 darah pintas
hampir sama dengan dengan darah vena sistemik normal, kira-kira 40 mm Hg.
Ketika darah ini bercampur dalam darah vena paru dengan darah yang
teroksigenasi dari kapiler alveolus; campuran darah ini disebut campuran darah
vena, dan menyebabkan PO2 darah yang masuk ke jantung kiri dan
dipompa ke dalam aorta, menjadi turun sampai sekitar 95mm Hg. Perubahan PO2
darah ini pada tempat yang berbeda dalam sistem sirkulasi..
Difusi Oksigen dari Kapiler Perifer ke dalam Cairan
Interstisial
Bila darah arteri
sampai ke jaringan perifer, PO2 dalam kapiler masih 95 mm Hg. Namun,
seperti terlihat pada Gambar 40-3, PO2 dalam cairan
interstisial yang mengelilingi sel jaringan rata-rata hanya 40 mm Hg. Dengan
demikian, terdapat perbedaan tekanan awal yang sangat besar yang menyebabkan
oksigen berdifusi secara cepat dari darah kapiler ke dalam jaringan-begitu
cepatnya sehingga PO2 kapiler turun hampir sama dengan tekanan dalam
interstisium, yaitu 40 mm Hg. Oleh karena itu, PO2 darah yang
meninggalkan kapiler jaringan dan memasuki vena sistemik juga kira-kira 40 mm Hg.
Efek Kecepatan Aliran Darah Terhadap PO2
Cairan Interstisial.
Jika aliran darah yang
melalui suatu jaringan tertentu meningkat, maka lebih banyak jumlahoksigen yang
diangkut ke dalam jaringan tersebut, dan PO2 jaringan jadi turut
meningkat. Efek ini dilukiskan pada Gambar 40-4. Perhatikan bahwa peningkatan
aliransebesar 400 persen dari normal akan meningkatkan PO2 dari 40
mm Hg (pada titik A dalam Gambar) menjadi 66 mm Hg (pada titik B). Tetapi,
batas atas peningkatan PO2, bahkan dengan aliran darah yang
maksimal, adalah 95 mm Hg, karena nilai ini merupakan tekanan oksigen dalam
darah arteri. Sebaliknya bila darah yang mengalir melalui jaringan menurun, PO2
jaringan juga menurun, seperti yang ditunjukkan pada titik C.
Efek Kecepatan Metabolisme Jaringan Terhadap PO2
Cairan Interstisial
Jika sel memakai
oksigen untuk metabolisme lebih banyak dari normal, maka keadaan ini akan
menurunkan PO2 cairan interstisial. Gambar 40-4 juga melukiskan efek
ini, yang memperlihatkan penurunan PO2 cairan interstisial bila
pemakaian oksigen seluler ditingkatkan, dan peningkatan PO2 bila
pemakaian oksigen seluler dikurangi.
Sebagai
kesimpulan, PO2 jaringan ditentukan oleh keseimbangan antara (1)
kecepatan pengangkutan oksigen dalam darah ke jaringan dan (2) kecepatan
pemakaian oksigen oleh jaringan.
Difusi Oksigen dari Kapiler Perifer ke Sel Jaringan
Oksigen
selalu dipakai oleh sel. Oleh karena itu, PO2 intrasel dalam
jaringan perifer tetap lebih rendah dari pada PO2 dalam kapiler
perifer. Juga, pada beberapa keadaan, ada jarak fisik yang sangat besar antara
kapiler dan sel. Oleh karena itu, PO2 intrasel normal berkisar dari
5 mm Hg sampai 40 mm Hg, dengan rata-rata (dengan pengukuran langsung pada
hewan tingkta rendah) 23 mm Hg. Karena pada keadaan normal hanya dibutuhkan
tekanan oksigen sebesar 1 sampai 3 mm Hg untuk mendukung sepenuhnya proses
kimiawi dalam sel yang menggunakan oksigen, maka kita dapat melihat bahwa PO2
intrasel yang rendah, yaitu 23 mm Hg, lebih dari cukup dan merupakan
suatu faktor pengaman yang besar.
Difusi Karbon Dioksida dari Sel Jaringan Perifer ke
Dalam Kapiler Jaringan dan dari Kapiler Paru ke Dalam Alveoli
Ketika oksigen
dipakai oleh sel, sebenarnya seluruh oksigen ini menjadi karbon dioksida,
sehingga Pco2 intrasel meningkat; karena Pco2 sel
jaringan yang tinggi ini, karbon dioksida berdifusi dari sel ke dalam kapiler
jaringan dan kemudian dibawa oleh darah ke paru. Di paru, karbon dioksida
berdifusi dari kapiler paru ke dalam alveoli dan kemudian dikeluarkan.
Dengan demikian, pada tiap tempat
dalam rantai pengangkutan gas, karbon dioksida berdifusi dalam arah yang
berlawanan dengan difusi oksigen. Meskipun demikian, terdapat satu perbedaan
besar antara difusi karbon dioksida dan oksigen: karbon dioksida dapat berdifusi kira-kira 20 kali lebih cepat dari
oksigen. Oleh karena itu, perbedaan tekanan yang dibutuhkan untuk
menimbulkan difusi karbon dioksida.
Pengangkutan
oksigen ke jaringan Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri
dari paru-paru dan sistim kardiovaskuler. oksigen masuk ke
jaringan tergantung pada jumlahnya yang masuk kedalam
paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada paru-paru, aliran darah ke jaringan
dan kapasitas pengangkutan O2 oleh darah. Aliran darah bergantung pada derajat
konsentrasi dalam jaringan dan cairan jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan
oleh jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya tarik) hemoglobin.
Transpor Oksigen melalui beberapa
tahap:
Tahap I = Oksigen atmosfer masuk kedalam paru-paru.
Pada waktu kita menarik nafas tekanan parsial oksigen dalam atmosfer 159 mmHg.
Dalam alveoli komposisi udara berbeda dengan komposisi udara atmosfer tekanan
parsial O2 dalam alveoli 105 mmHg.
Tahap II = Darah mengalir dari jantung menuju ke
paru-paru untuk mengangkut oksigen yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini
terdapat oksigen dengan tekanan parsial 40 mmHg. Karena adanya perbedaan
tekanan parsial itu, apabila tiba pada pembuluh kapiler darah yang berhubungan
dengan membran sel alveoli maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdisfusi masuk kedalam
pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses disfusi tekanan parsial oksigen dalam
pembuluh darah menjadi 100 mmHg.
Tahap III = Oksigen yang telah berada dalam
pembuluh darah diedarkan keseluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran darah
atau oksigen dalam darah yaitu oksigen yang larut dalam plasma darah yang
merupakan bagian terbesar dari sebagian kecil oksigen yang terikat pada
hemoglobin dalam darah. Derajat kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada
jumlah hemoglobin dalam darah.
Tahap IV = Sebelum sampai pada sel yang membutuhkan,
oksigen dibawa molekul cairan intertisial lebih dahulu. Tekanan parsial oksigen
dalam cairan interstisial 20 mmHg. Perbedaan tekanan parsial oksigen dalam
cairan interstisial (20 mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam pembuluh
darah arteri (100 mmHg ), menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat dan
pembuluh kapiler kedalam cairan interstisial.
Tahap V = Tekanan parsial oksigen dalam sel
kira-kira antara 0 sampai 20 mmHg, oksigen dari cairan interstisial berdifusi
masuk kedalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi metabolisme yaitu reaksi
oksidasi senyawa yang berasal dari makanan (karbohidrat, lemak, dan protein)
menghasilkan H2O, CO2 dan energi.
Pengangkutan Oksigen oleh
Darah
Darah adalah suatu cairan tubuh yang terdapat di
dalam pembuluh darah yang warnanya merah. Darah berfungsi sebagai alat
pengangkut yaitu mengambil oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
jaringan tubuh, mengangkut karbondioksida dari jaringan untuk dikeluarkan
melalui paru-paru, mengambil zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan tubuh, mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna
bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal, sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan penyakit, menyebarkan panas ke seluruh tubuh (Syaifuddin, 2006).
Pada tubuh orang dewasa sehat terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau empat sampai lima liter. Bila
terjadi kehilangan darah dalam jumlah banyak dan waktu singkat akibat
perdarahan, pembedahan ataupun komplikasi dari melahirkan, yang paling mendesak
adalah mengganti cairan yang hilang dengan segera. Transfusi sel darah merah
dapat menjadi penting karena akan mengembalikan kapasitas pengangkutan oksigen
oleh darah (Syaifuddin, 2006). Salah
satu fungsi darah adalah mengangkut oksigen. Darah sebagai pengangkut
oksigenharus mampu mengikat dan melepaskan oksigen dalam jumlah yang cukup
mudah. Tugas untuk mengikat oksigen ini dilakukan oleh pigmen darah yang
disebut juga pigmen
pernapasan.
Contoh pigman darah akan diwakili oleh hemoglobin. Hemoglobin mempunyai
kemampuan untuk berkombinasi dengan oksigen secarareversible dengan mudah,
artinya hemoglobin mudah mengikat dan juga mudah melepaskanoksigen. Kemampuan
hemoglobin yang seperti ini disebut afinitas oksigenhemoglobin.(Soewolo, 2000: 105) Jumlah oksigen yang
terikat pada hemoglobin dapat bervariasi tergantung pada tekananparsial oksigen
(PO2). Bila semua kelompok heme pada hemoglobin berkombinasi denganmolekul
oksigen, maka dikatakan bahwa darah 100% jenuh dengan oksigen. Dalam
keadaanjenuh ini, kandungan oksigen darah sama dengan kapasitas oksigennya. Kapasitas oksigen
berbanding lurus dengan jumlah hemoglobin atau pigmen lain dalamdarah atau
sel-sel darah. Jumlah oksigen yang terikat dalam pigmen pernapasan sangattergantung
pada tekanan parsial oksigen tempat pigmen berada. Pada PO2yang rendah,
pigmenrespiratori hanya mengikat sedikit oksigen, sedangkan pada PO2yang tinggi
dapat mengikat banyak O2. Jumlah oksigen yang terikat dalam pigmen
pernapasan pada tekanan parsial oksigen tertentu ini merupakan persen
kejenuhan, yang menunjukkan kandungan oksigen sebagai suatu presentase
kapasitas : 1.Peningkatan PCO2 2.Temperatur 3.Turunnya pH
Istilah efek Bohr atau pergeseran Bohr digunakan menjelaskan
pengaruh pH terhadap afinitas oksigen hemoglobin. Peningkatan
H+(penurunan pH) menyebabkan suatu reduksi (http://www.scribd.com/doc/49455680/Pengangkutan-Oksigen-oleh-Darah)
Respirasi
eksternal adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida antara paru dan kapiler
darah paru. Selama inspirasi, udara atmosfer mengandung oksigen memasuki
alveoli. Darah terdeoksigenasi dipompa dari ventrikel kanan melalui arteri
pulmonaslis menuju kapiler pulmonalis yang menyelubungi alveoli. PO2 alveolar
105 mmHg, pO2 darah teroksigenasi yang memasuki kapiler pulmonalis hanya 40
mmHg. Sebagai akibat perbedaan tekanan tersebut, oksigen berdifunsi dari
alveoli ke dalam darah terdeoksigenasi sampai keseimbangan tercapai, dan pO2
darah terdeoksigenasi sekarang 105 mmHg. Ketika oksigen difusi dari alveoli ke
dalam darah terdeoksigenasi, karbondioksida berdifusi dengan arah berlawanan.
Sampai di paru, pCO2 darah terdeoksigenasi 46 mmHg, sedang di alveoli 40 mmHg.
Oleh karena perbedaan pCO2 tersebut karbondioksida berdifusi dari darah
terdeoksigenasi ke dalam alveoli sampai pCO2 turun menjadi 40 mmHg. Dengan
demikian pO2 dan pCO2 darah terdeoksigenasi yang meninggalkan paru sama dengan
udara dalam alveolar. Karbondioksida yang berdifusi ke alveoli dhembuskan
keluar dari paru selama ekspirasi (Soewolo, et al. 1999).
Pengertian Cairan tubuh
Air (H 0) merupakan
komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam tubuh manusia. Sekitar 60%
dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air. Namun bergantung kepada kandungan lemak &
otot yang terdapat di dalam tubuh, nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari
total berat badan orang dewasa.Oleh karena itu maka tubuh yang terlatih
&terbiasa berolahraga seperti tubuh seorang atlet biasanya akan mengandung
lebih banyak air jika dibandingkan tubuh non atlet.
Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling
tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan,
seperti paru-paru atau jantung, sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi
air paling rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Konsumsi
cairan yang ideal untuk memenuhi kebutuhan harian bagi tubuh manusia adalah mengkonsumsi
1 ml air untuk setiap 1 kkal konsumsi energi tubuh atau dapat juga diketahui
berdasarkan estimasi total jumlah air yang keluar dari dalam tubuh. Secara
ratarata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2.5 L cairan per harinya. Sekitar
1.5 L cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keluarnya keringat, 400
ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml
keluar bersama dengan feces
(tinja). Sehingga berdasarkan estimasi ini,
konsumsi antara 8-10 gelas (1 gelas 􀂕240 ml) biasanya dijadikan
sebagai pedoman dalam pemenuhan kebutuhan cairan per- harinya.
Fungsi Cairan Tubuh
Dalam proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2 fungsi utama yaitu
sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin dan mineral serta
juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O ) ke dalam sel-sel tubuh.
Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk
mengeluarkan produk samping hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO ) dan
juga senyawa nitrat. Selain berperan dalam proses metabolisme, air yang
terdapat di dalam tubuh juga akan memiliki berbagai fungsi penting antara lain
sebagai pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut &
hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator reaksi biologik sel,
pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu dalam menjaga
tekanan darah & konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-fungsi
tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi
ideal yaitu ± 37 C.
Distribusi Cairan Tubuh
Di dalam tubuh manusia, cairan akan
terdistridusi ke dalam 2 kompartemen utama yaitu cairan intraselular
(ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan intraselular adalah
cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular adalah
cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel
membran yang memiliki permeabilitas tertentu.
Hampir 67% dari total badan air (Body’s Water) tubuh
manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada
cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini
kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan
interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah).
75% dari air pada kompartemen cairan
ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan
25%-nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen
utama (Cairan Intrasellular dan Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung
pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen
tersebut. Karena sel membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki
permeabilitas yang berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality)
pada kedua kompartemen juga akan berbeda. ( http://www.pssplab.com/journal/01.pdf)
Kompartemen
cairan
Cairan tubuh didistribuasi antara dua
kompartemen cairan utama: kompartemen intraseluler dan kompartemen
ekstraseluler.
Cairan
Intraseluler (CIS)
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Orang dewasa
kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh adalah intraseluler, sama kira-kira 25
L pada rata-rata pria dewasa (70 kg) sebaliknya,hanya setengah dari cairan
tubuh bayi adalah cairan intraseluler.
Cairan
Ekstraseluler (CES)
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatifdari
CES menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi bar lahir,kira-kira setengah
cairan tubuh terkandung di dalam CES. Setelah usia satu
tahun, volume relatif dari CES menurun samapai
kira-kira sepertiga dari volume total. Lebih jauh CES dibagi menjadi:
Cairan Interstisial (CIT) :
Cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8L. Pada orang dewasa. Cairan
Limfe termasuk dalam volume interstisial. Relaif terhadap ukuran tubuh,volume
CIT kira-kira
Reaksi Hemoglobin dan oksigen
Dinamika
reaksi hemoglobin sangat cocok untuk mengangkut O2. Hemoglobin adalah protein
yang terikat pada rantai politekstida, dibentuk oleh perifer dan satu atom besi
ferro. Masing-masing atom besi dapat mengikat secara permiabel (perubahan arah)
dengan satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro sehingga reaksinya
adalah oksigenasi bukan oksidasi.Sebenarnya yang diangkut ke jaringan oleh
setiap 100 mililiter aliran darah. Sehingga jumlah oksigenyang ditransport
dalam setiap volume darah yang mengalir melalui jaringan menjadi tiga kali
jumlah jaringan normal. Dan perlu diingat bahwa curah jantung dapat
meningkatkan enam sampai tujuh kali normal para pelari meraton yang terlatih
dengan baik. Sehingga perkalian antara peningkatan pengangkutan oksigen dalam
setiap volume darah ( tiga kali lipat ) akan menghasilkan peningkatan
pengangkutan oksigen ke jaringan sebanyak 20 kali lipat. Kita akan lihat
kemudian dalam bab ini bahwa ada beberapa factor lain yang memudahkan
pengangkutan oksigen pada waktu kerja fisik , sehingga PO2 otot seringkali
turun sangat sedikit dibawah normal bahkan selama kerja sangat berat.
Koefisien
Penggunaan
Persentase
darah yang melepaskan oksigen sewaktu melewati kapiler jaringan disebut
koefisien penggunaan . Nilai normalnya kira kira 25 persen seperti dijelaskan
pada pembahasan sebelumnya yaitu 25 persen dari hemoglobin yang
teroksigenisasimmelepaskan oksigennya ke jaringan . Selama kerja berat ,
koefisien penggunaan pada seluruh tubuh dapat meningkat sampai 75-85 %. Dan
pada daerah jaringan local yang aliran darahnya sangat lambat atau kecepatan
metabolisme sangat tinggi , pernah tercata koefisien penggunaan mendekati 100
persen artinya pada dasarnya semua oksigen dilepaskan ke jaringan.
EFEK HEMOGLOBIN UNTUK “DAPAR” PO2 JARINGAN
Meskipun
hemoglobin diperlukan untuk pengangkutan
oksigen ke jaringan hemoglobin mempunyai fungsi utama lainnya untuk kehidupan.
Fungsi ini adalah fungsi hemoglobin sebagai system “dapur oksigen jaringan” .
Dengan ini hemoglobin dalam darah bertanggung jawab terutama untuk stabilisasi
tekanan oksigen dalam jaringan.
Peran Hemoglobin dalam
Mempertahankan PO2 yang Hampir Konstan dalam Jaringan
Pada
keadaan basal , jaringan membutuhkan kira kira 5 milimeter oksigen dari setiap
100 mililiter darah yang melalui kapiler jaringan. Melihat kembali pada kurva disosiasi oksigen
– hemoglobin dalam gambardapat dilihat bahwa untuk setiap 5 ml oksigen yg
dilepaskan oleh setiap 100 miliiter aliran darah , PO2 harus turun kira kira 50
mm Hg . Oleh karena itu , PO2 jaringan
normalnya tidak dapat meningkat dari
hemoglobin . Dengan cara ini , dalam keadaan normal hemoglobin mengatur batas
atas tekanan oksigen dalam jaringan yaitu sekitar 40 mm Hg.
Sebaliknya selama kerja berat , sejumlah besar oksigen (
sebanyak 20 kali lipat dari normal ) harus dilepaskan dari hemoglobin ke
jaringan. Tetapi ini dicapai dengan penrunan PO2 jaringan yg sangat sedikit
karena (1) kemiringan kurva disosiasi yang curam dan (2) peningkatan aliran
darah jaringan yang disebabkan oleh penurunan PO2 artinya penurunan PO2 yang
sedikit menyebabkan sejumlah besar oksigen dilepaskan dari hemoglobin dalam
darah secara otomatis melepaskan oksigen ke jaringan pada tekanan yang dipertahankan dengan agak ketat
antara 15 dan 40 mm Hg.
Bila
Konsentrasi Oksigen Atmosfer Berubah Secara Nyata , Efek Daoar HemoglobiN Masih
Dapat Mempertahankan PO2 , Jaringan Yang Hampir Konstan . Po2 normal dalam
alveoli kira kira 104 mm Hg tetapi ketika seseorang mendaki gunung atau naik
psawat udara , PO2 dapat turun dengan mudah sampai kurang dari setengah jumlah
ini . Sebaliknya , bila seseorang memasuki daerah berrtekanan udara tinggi ,
seperti dilaut yang dalam atau dalam tabung yang bertekanan tinggi , PO2
haringan dapat meningkat 10mkali lipat. Walaupun demikian PO2 jaringan hanya
berubah sedikit.
Dapt
terlihat dari kurva disosiasi oksigen hemoglobin pada gambar bahwa bila PO2
alveolus diturunkan sampai 60 mm Hg , satirasi oksigen hemoglobin arteri sampai
89 persen . Selanjutnya jaringan masih mengeluarkan kira kira 5 mililiter
oksigendari setiap 100 mililiter darah yang mengalir melalui jaringan tersebut
. jadi 35 mm Hg PO2 hanya 5 mm Hg dibawah nilai normal sebesar 40 mm Hg. Dengan
demikian , Po2 jaringan hamper tak berubah , walaupun PO2 alveolus meningkat
sampai 500 mm Hg satirasi oksigen maksimum dari hemoglobin tidak pernah dapat
meningkat diatas 100 persen . Hanya sejumlah kecil oksigen tambahan yang
terlarut dalam cairan darah sepertu yang akan dibahas kemudian . Lalu bila
adrah mengalir melalui kapiler jaringan dan melepaskan beberapa militer oksigen
ke jaringan hal ini akan mengurangi PO2 darah kapiler ke suatu nilai yang hanya
beberapa militer lebih besar dari normal , 40 mm Hg. Akibatnya oksigen
alveolusmenajdi sangat bervariasi dari 60 hingga lebih dari 60 hingga lebih
dari 500 mm Hg dari besarnya milliliter hingga nilai normal , yang menggabarkan
fungsi “dapar oksigen “ jaringan dari system hemoglobin darah yang baik sekali
.
Factor factor yang menggeser kurva
disosiasi oksigen hemoglobin – manfaatnya untuk pengangkutan oksigen
Kurva
disosiasi oksigen – hemoglobin pada gambar dan 40-9 berlaku untuk darah normal dan bersfat rata- rata. Tetapi ,
berbagai factor dapat memindahkan kurva disosiasi pada suatu arah atau lainnya
seperti dilukiskan pada gambar . Gambar ini memperlihatkan abhwa bila
darah menjadi sedikit asam , dengan
penurunan Ph dari nilai normal 7,4 menjadi 7,2 pergeseran kurva disosiasi
oksigen – hemoglobin rata rata 15 persen kek kanan. Sebaliknya , [eningkatan ph
normal 7,4 menjadi 7,6 akan menggeser ke kiri dengan besar yang sama.
Selaiin
perubahan Ph dikenal pula beberapa factor lain yang menyebabkan pergeseran
kurva . Tiga factor diantaranya , yang ketiganya menggeser ke kurva kanan ialah :
(1) peningkatan kosentrasi karbon dioksida (2) peningkatan suhu darah
dan (3) peningkatan 2,3 difosfor gliserat (DPG) suatu senyawa fosfat yang
secara metabolic penting , terdapat dalam darah dengan konsentrasi yang berubah
ubah tergantung pada kondisi metabolic yang berbeda.
Peningkatan Pengirimian
Oksigen ke Jaringn Bila karbon dioksida
dan ion hydrogen menggeser kurva disosiasi oksigen hemoglobin Efek Bohr.
Pergseran
kurva disosiasi oksigen hemoglobin sebagai respon terhadap peningkatan karbon
dioksida dalam meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam member pengaruh
penting dalam meningkatkan oksigenasi darah dalam jaringan dan meningkatkan
oksigenasi dalam darah paru. Pengaruh ini disebut efek bohr dan dapat
dijelaskan sebagai berikut : Ketika darah melalui jaringan , karbon dioksida
berdifusi dari sel jaringan ke dalam darah. Proses ini meningkatkan H2CO3 darah
( asam karbonat ) darah dan konsentrasi ion hydrogen. Efek ini menggeser kurva
disosiasi oksigen hemoglobin ke kanan dank e arah bawah seperti yang terliat
pada gambar yang memaksa oksigen terlepas dari hemoglobin dan degan demikian
meningkatakan jumlah pengirim oksigen ke jaringan.
Terjadi
efek berlawanan di dalam paru paru yang menyebabkan karbon dioksida berdifusi
dari darah ke dalam alveoli. Efek ini menurunkan PCO2 darah dan menurunkan
konsentrasi ion hidroge , menggeser kurva disosiasi oksigen hemoglobin ke
kiridan kea rah atas. Oleh karena itu , jumlah oksgien yang berikatan dengan
hemoglobin pada PO2 alveolus tertentu , menjadi sangat meningkat sehingga
menyebabkan pengriman oksigen ke jaringan dalam jumlah yang lebih besar.
Efek DPG untuk menggeser kurva
disosiasi oksigen hemoglobin .
DPG
normal dalam darah mempertahankann kurva disosiasi oksigen hemoglobin sedkit
bergeser ke kana setiap saat. Tetapi pada keadaan hipoksia yang berlangsung
lebih dari beberapa jam , jumlah
DPG dalam darah sangat meningkat
sehingga menggeser kurva disosasi oksigen hemoglobin lebih ke kanan. Ini
menyebabkan oksigen dikirmkan ke jaringan
pada tekanan oksigen 10 mm Hg lebih besar daripada keadaan tanpa
peningkatan DPG ini. Oleh Karena itu ,
pada beberapa keadaan hali ini dapat menjadi suatu mekanisme penting untuk
menyesuaikan diri terhadap hipoksia
khususnya terhadap hipoksia aliran darah jaringan yang kurang baik.
Pergeseran Kurva Disosiasi Selama
Kerja Fisik.
Pada
waktu kerja fisik , beberapa factor yang menggeser kurva disosiasi cukup jauh
ke kanan sehingga menyebabkan pengirimian sejumlah oksigen tambahan ke
serabut serabut otot aktif yang sedang
bekerja. Kemudian otot yang sedang bekerja akan melepaskan sejumlah besar
karbon dioksida , karbon dioksida ini dan beberapa asam lainnya yang dilepaskan
oleh oto akan meningkatkan konsentrasi ion hydrogen dalam darah kapiler otot
tersebut. Selain itu , suhu otot seringkali meningkat sebesar
2ͦͦͦͦͦͦͦͦͦͦͦͦderajat sampai 3 derajat
C yang dapat meningkatkan pengirimiamn oksigen ke serabut
otot lebih banyak lagi . Semua factor ini beekrja sama menggeser kurva disosasi
oksigen hemoglobin dari darah kapiler otot tersebut cukup
Penggunaan Metabolik Oksigen oleh Sel
Efek PO2 Intrasel Terhadap
Kecepatan Pemakaian Oksigen.
Dalam sel hanya
dibutuhkan sedikit tekanan oksigen untuk terjadinya reaksi kimia intra sel yang
normal. Alasannyaadalah bahwa sistem enzim pernapasan sel disesuaikan
sedemikian rupa sehingga bila PO2,selular lebih dari 1 mm Hg, ketersediaan
oksigen tidak lagi merupakan suatu faktor pembatas kecepatan reaksi kimia
tersebut. Faktor pembatas utamanya justru adalah konsentrasi Adenosin Diposfat (ADP) dalam sel. Bila konsentrasi ADP
diubah kecepatan pemakaian oksigen berubah sebanding dengan perubahan
konsentrasi ADP.
Bila Adenosin triposfat (ATP)
digunakan dalam sel untuk menghasilkan energi ATP diubah menjadi ADP.
Peningkatan konsentrasi ADP akan meningkatkan pemakaianmetabolik oksigen saat
ADP bergabung dengan berbagai zat makanan sel, melepaskan energi yang mengubah
ADP kembali menjadi ATP. Pada keadaan kerja yang normal, kecepatan
pemakaian oksigen oleh sel diatur oleh kecepatan pengeluaran energi dalam sel
tersebut – yaitu oleh kecepatanpembentukan ADP dari ATP.
Efek Jarak Difusi dari Kapiler Ke
Sel Terhadap Pemakaian Oksigen.
Jarak
dari sel jaringan ke kapiler jarang lebih dari 50 mikrometer, dan oksigen dalam
keadaan normal dapat berdifusi dengan mudah dari kapiler ke sel untuk memenuhi
sejumlah oksigen yang diperlukan untuk metabolisme. Tetapi kadang kala, sel
terletak lebih jauh lagi dari kapiler, dan kecepatan difusi oksigen ke sel ini
sangat rendah sehingga PO2 intrasel turun di bawah titik kritis yang dibutuhkan
untuk mempertahankan metabolisme intrasel yang maksimal. Dengan demikian pada
kondisi seperti ini, pemakaian oksigen oleh sel dikatakan dibatasi oleh difusi dan tidak lagi ditentukan oleh jumlah ADP ynag
dibentuk dalam sel tersebut. Tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi kecuali
pada keadaan patalogis.
Efek Aliran
Darah Terhadap Pemakaian Metabolik Oksigen
Jumlah
total oksigen tertentu yang tersedia setiap menit untuk keperluan jaringan tertentu
disediakan oleh (1) Jumlah oksigen yang dapat ditransfer ke jaringan dalam
setiap 100 mililiter darah dan (2) Kecepatan aliran darah. Jika kecepatan
aliran darah turun sampai nol, jumlah oksigen yang tersedia juga turunmenjadi
nol. Dengan demikian, ada saat-saat ketika kecepatan aliran darah yang melalui
jaringan yang menjadi sedemikian rendah sehinggan PO2 jaringan turun di bawah
nilai kritis 1 mm Hg yang diperlukan untuk metabolisme intrasel. Pada keadaan
ini, kecepatan pemakaian oksigen oleh jaringan di batasi oleh aliran darah. Dalam keadaan dibatasi oleh difusi atau aliran
darah, pemakaian oksigen tidak dapat berlangsung lama, karena sel menerima
oksigen lebih sedikit dari pada yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.
Transpor Oksigen
Dalam Bentuk Terlarut
Pada
keadaan PO2 arteri normal, yaitu 95 mm Hg. Sekitar 0,29 mililiter oksigen
dilarutkan dalam setiap 100 mililiter cairan darah, dan bila PO2 darah turun
menjadi 40 mm Hg dalam kapiler jaringan, hanya 0,12 mililiter oksigen yangtetap
terlarut. Dengan kata lain, 0,17 mililiter oksigen secara normal diangkut dalam
keadaan terlarut ke jaringan oleh setiap 100 mililiter darah. Jumalah ini
sebanding dengan kira-kira 5 mililiter oksigen yang diangkut oleh hemoglobin
sel darah merah. Oleh karena itu, oksigen yang diangkut ke jaringan dalam
bentuk terlarut normalnya berjumlah sedikit, hanya kira-kira 3 persen dari
jumlah total, bila di bandingkan dengan 97 persen yang diangkut oleh
hemoglobin.
Selama kerja berat, bila pelepasan
oksigen oleh hemoglobin ke jaringan meningkat tiga kali lipat, maka jumlah
relatif yang diangkut dalam bengtuk terlarut turun menjadi 1,5 persen. Bila
seseorang menghirup oksigen pada PO2 alveolus sangat tinggi, jumlah yang
diangkut dalam bentuk terlarut dapat menjadi berlebihan, sehingga terkadang
terjadi kelebihan yang serius dalam jaringan dan mengakibatkan “keracunan
oksigen”. Ini sering kali menyebabkan konvulsi otak dan bahkan kematian,
seperti dalam, hubungannya dengan pernapasan oksigen pada tekanan tinggi,
seperti pada penyelam laut dalam.
Gabungan
Hemoglobin dengan Karbon Monoksida – Pemindahan Oksigen
Karbon
monoksida bergabung dengan molekul hemoglobin pada tempat yang sama seperti
oksigen. Oleh karena itu, karbon monoksida dapat memindahkan oksigen dari hemoglobin,
sehingga menurunkan kapasitas darah sebagai pembawa oksigen. Selain itu
kekuatan ikatannya kira-kira 250 kali kekuatan oksigen. Tekanan parsial karbon
monoksida yang hanya 0,4 mm Hg dalam alveoli, 1/250 dari oksigen alveolus
normal (PO2 100 mm Hg), menyebabkan karbon monoksida sama-sama bersaing dengan
oksigen untuk bergabung dengan hemoglobin dan dengan karbon monoksida daripada
dengan oksigen . Oleh karena itu tekanan karbon monoksida yang hanya 0,6 mm Hg
(konsentrasi volumenya kurang dari seperseribu dalam udara) dapat menyebabkan
kematian.
Walaupun kandungan oksigen didalam
darah sangat berkurang pada keadaan keracunan karbon monoksida, PO2 darah dapat
tetap normal. Hal ini menyebabkan paparan dengan karbon monoksida sangat
berbahaya, karena darah berwarna merah terang dan tidak terdapat tanda-tanda
hipoksemia yang jelas, seperti warna kebiru-biruan pada ujung jari atau
bibir(sianosis). PO2 juga tidak menurun, dan tidak ada mekanisme umpan balik
yang biasanya merangsang peningkatan frekuensi pernapasan sebagai respon
terhadap kurangnya oksigen (biasanya ditunjukkan dengan PO2 yang rendah) karena
otak merupakan salah satu organ pertama yang terpengaruh akibat kurangnya
oksigen, orang yang kekurangan oksigen dapat mengalami disorientasi dan menjadi
tak sadarkan diri sebelum akhirnya orang
tersebut menyadari adanya bahaya.
Pasien yang menderita keracunan
karbon monoksida berat dapat diobati dengan memberikan oksigen murni, karena
oksigen pada tekanan alveolus yang tinggi dapat menggantikan karbon monoksida
yang bercampur dengan hemoglobin secara cepat. Pasien dapat juga diobati dengan
pemberian secara simultan karbon dioksida 5 persen, karena rangsangannya kuat
pada pusat pernapasan, yang meningkatkan ventilasi alveolus dan mengurangi
karbon monoksida alveolus. Dengan terapi oksigen dan karbon dioksida secara
intensif, karbon monoksida dapat dikeluarkan dari darah 10 kali lipat lebih
cepat dari pada tanpa terapi.
Pengangkutan
Karbon Dioksida Dalam Darah
Pengangkutan
karbon dioksida dalam darah tidaklah sesukar pengangkutan oksigen, sebab
walaupun dalam kondisi yang sangat abnormal, karbon dioksida biasanya dapat
diangkut dalam jumlah yang lebih besar daripada oksigen. Tetapi, jumlah karbon
dioksida dalam darah berhubungan dengan keseimbangan asam-basa cairan tubuh.
Pada keadaan istirahat yang normal, rata-rata 4 mililiter karbon dioksida
diangkut dari jaringan ke paru dalam
setiap 100 mililiter darah.
Bentuk-Bentuk
Kimia Karbon Dioksida Saat Diangkut
Untuk
memulai proses pengangkutan karbon dioksida, karbon dioksida berdifusi keluar
dari sel ke jaringan dalam bentuk molekul karbon dioksida yang terlarut. Waktu
memasuki kapiler jaringan, karbon dioksida segera menginisiasi serangkaian
reaksi secara kimia dan fisika, yang penting untuk transfor karbon dioksida.
Pengangkutan
Karbon Dioksida Bentuk Terlarut
Sebagian
kecil karbon dioksida ditransfor dalam bentuk terlarut ke paru. Telah
dijelaskan bahwa :
Pengangkutan Karbon
dioksida Dalam Bentuk Ion Bikarbonat
1.
Reaksi
Karbondioksida dengan air dalam sel darah merah
Karbon
dioksida yang terlarut dalam darah bereaksi dengan air untuk membentuk asam
karbonat. Reaksi ini terjadi sangat lambat dan tidak penting seandainya tidak
ada enzim protein di dalam sel darah merah yang disebut karbonik anhidrase, yang mana fungsinya untuk mengkatalis reaksi
karbondioksida dengan air serta mempercepat reaksi ini sampai 5000 kali lipat.
Oleh karena itu, berbeda dengan reaksi dalam plasma yang memerlukan waktu
berdetik-detik atau bermenit-menit, maka di dalam sel darah merah reaksi ini
terjadi sedemikian cepatnya sehingga mencapai keseimbangan hampir sempurna
dalam waktu sepersekian detik. Ini memungkinkan sejumlah besar karbon dioksida
bereaksi dengan cairan sel darah merah bahkan sebelum darah meninggalkan
kapiler jaringan
2.
Pemisahan
asam karbonat menjadi bikarbonat dan ion hidrogen Dalam waktu
sepersekian detik selanjutnya, asam karboat yang dibentuk dalam sel darah merah
(H2CO3) terurai menjadi ion hidrogen dan ion
bikarbonat (H+ dan HCO3-). Kemudian
sebagian besar ion hidrogen bersatu dengan hemoglobin dalam sel darah merah
sebab protein hemoglobin merupakan dapar asam-basa yang kuat. Lalu banyak ion
bikarbonat yang berdifusi dari sel darah merah ke dalam plasma sementara ion
klorida berdifusi ke dalam sel darah merah untuk menggantikannya. Hal ini dapat
terjadi karena adanya protein pembawa bikarbonat-klorida yang khusus dalam
membran sel darah merah yang menggerakkan kedua ion ini bolak-balik dengan
cepat dalam arah yang berlawanan. Dengan demikian, kadar klorida sel darah
merah vena lebih besar daripada sel darah merah di arteri, fenomena ini disebut
pergeseran klorida. Di bawah pengaruh
karboik anhidrase, gabungan karbon dioksida dengan air dalam sel darah merah
yang bersifat reversibel, meliputi sekitar 70% dari seluruh karbon dioksida
yang diangkut dari jaringan ke paru. Dengan demikian, ini berarti behaw
pengangkutan karbon dioksida merupakan pengangkutan yang paling penting.
3.
Pengangkutan
karbon dioksida dalam gabungannya dengan hemoglobin dan protein plasma
Selain
bereaksi dengan air, karbondioksida juga bereaksi langsung dengan radikal amio
hemoglobin dengan membentuk senyawa karbaminohemoglobin (CO2Hgb).
Gabungan karbon dioksida dengan hemoglobin ini adalah reaksi reversibel yang
terjadi dengan ikatan longgar, sehingga karbon dioksida mudah dilepaskan ke
dalam alveoli yang memiliki PCO2 lebih rendah daripad kapiler paru.
Sejumlah kecil karbon dioksida juga bereaksi dengan protein plasma dengan cara
yang sama dalam kapiler jaringan. Namun , reaksi ini kurang penting untuk
pengangkutan karbon dioksida sebab jumlah protein ini dalam darah hanya
seperempat dari jumlah hemoglobin. PCO3
darah normal berkisar antar batas nilai 40 mmHg dalam darah arteri dan 45
mmHG dalam darah vena, yang merupakan kisaran yang sangat sempit. Terlihat juga
bahwa konsentrasi karbon dioksida normal dalam darah pada semua bentuknya yang
berbeda-beda kira-kira 50 volume persen, tetapi hanya 4 volume persen yang
mengalami pertukaran selama pengangkutan normal karbon dioksida dari jaringan
ke paru. Artinya, konsentrasi meningkat menjadi sekitar 32 volume persen
sewaktu darah melalui jaringan, dan turun menjadi sekitar 48 volume persen
sewaktu darah melewati paru.
Pengikatan Oksigen Dengan
Hemoglobin, Karbon Dioksida di Lepaskan Untuk Meningkatkan Pengangkutan CO2
Pengikatan
oksigen dengan hemoglobin cenderung mengurakan karbondioksida, efek ini disebut
efek haldane. Efek haldane disebabkan
oleh fakta yang sederhana bahwa gabungan oksigen dengan hemoglobin dalam paru
menyebabkan hemoglobin menjadi asam yang lebih kuat. Hal ni menyebabkan
pindahnya karbon dioksida dari darah dan masuk ke dalam alveoli melalui dua cara
: (1) Semakin tinggi
keasaman hemoglobin, semakain berkurang kecenderungannya untuk bergabung dengan
karbon dioksida untuk membentuk karbaminohemoglobin, jadi memindahkan banyak karbon dioksida dalam
bentu karbamino dari darah.
(2)Meningkatnya keasaman hemoglobin juga
menyebabkan hemoglobin melepaskan sejumlah ion hidrogen, dan ion-ion ini
berikatan dengan ion bikarbonat untuk membentuk asam karbonat;kemudian terurai
menjadi air dan karbon dioksida, dan karbondioksida dikeluarkan dari darah masuk
kedalam alveoli dan akhirnya ke udara
Perubahan Keasaman Darah Selama Pengangkutan Karbon Asam karonta yang
terbentuk bila karbon dioksdia memasuki darah dalam jaringan perifer menurunkan
pH darah. Namun, reaksi dari asam ini dengan dapar asam-basa darah mencegah
konsentrasi ion hidrogen meningkat terlalu tinggi (dan pH darah turun terlalu
banyak). Biasanya, darah arteri mempunyai pH sekitar 7,41 ketika darah tersebut
mendapat karbon dioksida dalam kapiler jaringan, pH turun menjadi 7,37. Dengan
kata lain perubahan pH sebesar 0,04 unit. Keadaan sebaliknya akan terjadi bila
karbon dioksida dilepaskan dari darah dalam paru, sehingga pH meningkat
mencapai nilai arteri sebesar 7,41 lagi. Saaat kerja berat atau kondisi
metabolisme tinggi atau aliran darah ke jaringan lambat penurunan pH dalam
darah mencapai 0,50 yang menyebabkan asidosis jaringan yang bermakna.
Rasio Pertukaran Pernapasan
Rasio
(perbandingan) antara keluaran karbon dioksida dengan pemngambilan oksigen
disebut rasio pertukaran pernapasan.
Nilai
R berubah pada berbagai keadaan metabolik. Jika seseorang hanya memakai
karbohidrat untuk metabolisme tubuhnya, R meningkat. Sebaliknya jika seseorang
sepenuhnyamemakai lemak untuk energi metaboliknya maka R turun. Alasan nya dikarenakan jika oksigen
dimetabolisme dengan karbohidrat, terbentuk satu molekul karbon dioksida untuk
setiap molekul oksigen yang digunakan, sednagkan jika oksigen dimetabolisme
dengan lemak, banyak oksigen bergabung dengan atom hidrogn dari lemak untuk
membentuk air, bukan karobondioksida. Pada orang diet normal yang mengonsumsi
karbohidrat,lemak,dan protein dalam jumlah rata-rata, maka nilai R dianggap
sebesar 0,825. Jauh ke kanan
pergeseran kurva ke arah kanan memaksa oksigen dilepaskan dari hemoglobin darah
ke otot pada PO2 sebesar 40 mm Hg. Walaupun bila 70 persen oksigen telah
dikeluarkan dari hemoglobin. Kemudian dalam paru, terjadi pergeseran ke arah
yang berlawanan, yang memungkinkan pengambilan sejumlah oksigen tambahandari
alveoli.
DAFTAR
PUSTAKA
Guyton, Arthur
C.,MD, John E. Hall & PhD. 2007,
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
http://kamuskesehatan.com/arti/oksigen/ (diakses, 06 November 2014)
http://www.organisasi.org/1970/01/definisi-pengertian-darah-plasma-darah-dan-fungsi-alat-
sistem-transportasi-manusia.html (diakses,
06 November 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Cairan_tubuh (diakses, 06
November 2014)
http://books.google.co.id/books?id=AQsm1lRShhwC&pg=PA2&dq=cairan+tubuh&hl=id&sa=X&ei=lWUEVK3aJYWD8gXc7oKoAw&ved=0CB4Q6AEwAQ#v=onepage&q=cairan%20tubuh&f=false
(diakses, 06 November
2014)
sundul77.com Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya
BalasHapussundul77.com Adalah Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88 sundul77 Merupakan Salah Satu Bandar Bola, Bandar Casino, Poker Online Terpercaya IDNSPORT. Kelebihan Bandar Bola Terbesar www.sundul77.com Desain Website Menarik, Live Casino Online 24 Jam Non-Stop Bersama Dealer Eropa & Dealer Asia..
Situs Agen Bola Terbaik | Judi Casino Online | poker uang asli | Bandar Slot Terpercaya, Game Slot Mesin, Agen Sbobet, Agen Ibcbet, Agen Mansion88
Bolagaming mempunyai tim berpengalaman dalam melayani setiap member yang bergabung di situs judi taruhan bola terbaik ini. Kami menyediakan customer service online 24 jam yang akan menemani anda dan membantu memberikan arahan kepada anda agar mudah saat melakukan pendaftaran. Anda bisa memilih jenis permainan judi taruhan online apa saja sesuai keinginan anda.
Ayo Bergabung Bersama Situs Judi Taruan Bola Terlengkap Bolagaming
situs agen bola terbaik,judi casino online,poker uang asli,poker uang asli,agen ibcbet