MAKALAH ILMU KEPERAWATAN DASAR II
SINUSITIS
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8
NAMA : 1. MSY HARTINA ULFA 04021181419010
2. ADRIAN JAVAS 04021181419015
3. LILI KURNIA 04021281419029
4. JEMI SAPUTRA 04021281419033
5. SRI MULYA 04021181419040
DOSEN : DONA ANDINI S.Kep.,Ns.,M.Kep
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPRAWATAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat
Allah S.W.T saya dapat menyelelesaikan makalah tentang “SINUSITIS” ini dengan baik tanpa hambatan. Sehingga
makalah kami dapat tersusun dengan baik.
Meskipun saya telah berusaha dengan segenap
kemampuan, namun saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis
merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini yang selanjutnya akan saya terima dengan tangan terbuka.
Penyusun berharap semoga makalah yang kami
buat dapat bermanfaat bagi pembelajaran untuk kedepannya.
Palembang, Februari 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SUB COVER .....................................................................................
1
KATA PENGANTAR
............................................................................................
2
DAFTAR ISI ..........................................................................................................
3
BAB I PENDAHULUAN
......................................................................................
4
A. Latar Belakang ……………………………………………….................. 4
B. Rumusan Masalah. ....................................................................................
5
C. Tujuan ………….......................................................................................
5
D. Manfaat ………………………………………………………...……….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………..……………. 6
A.
Macam – macam
Sinusitis……………………………………………… 6
B.
Kompleks Ostio –
Meatal ……………………………………………… 9
C.
Sistem
Mukosiliar …………………………………………………...… 9
D.
Fungsi Sinus
Paranasal ………………………………………………… 9
BAB III PEMBAHASAN……..................................................... 11
A.
Definisi
Sinusitis .......................................................................................
11
B.
Epidemiologi Sinusitis.............................................................................. 12
C.
Etiologi Sinusitis
..................................................................................... 12
D.
Manifestasi Klinik Sinusitis
..................................................................... 12
E.
Pemeriksaan Penunjang Sinusitis
............................................................. 13
F.
Penatalaksanaan Sinusitis
........................................................................ 15
G.
Pencegahan Sinusitis............................................................................... 16
BAB IV PENUTUP
.................................................................... 17
A.
Kesimpulan .............................................................................................. 17
B.
Saran
....................................................................................................... 17
Daftar Pustaka
............................................................................. 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagian besar infeksi virus penyebab pilek seperti common cold dapat menyebabkan suatu
sumbatan pada hidung, yang akan hilang dalam beberapa hari. Namun jika terjadi
peradangan pada sinusnya dapat muncul gejala lainnya seperti nyeri kepala dan
nyeri tekan pada wajah.
Menurut Lucas seperti yang di
kutip Moh. Zaman, etiologi sinusitis
sangat kompleks, hanya 25% disebabkan oleh infeksi, sisanya yang 75% disebabkan
oleh alergi dan ketidakseimbangan pada sistim saraf otonom yang menimbulkan
perubahan-perubahan pada mukosa sinus. Suwasono dalam penelitiannya pada 44
penderita sinusitis maksila kronis mendapatkan 8 di antaranya (18,18%)
memberikan tes kulit positif dan kadar IgE total yang meninggi. Terbanyak pada
kelompok umur 21-30 tahun dengan frekuensi antara laki-laki dan perempuan
seimbang. Hasil positif pada tes kulit yang terbanyak adalah debu rumah
(87,75%), tungau (62,50%) dan serpihan kulit manusia (50%).
Sinusitis adalah infeksi atau peradangan dari mukosa
sinus paranasal. Sinusitis mungkin hanya terjadi pada beberapa hari (sinusitis
akut) atau berlanjut menjadi sinusitis kronis jika tanpa pengobatan yang
adekuat. Angka kejadian sinusitis akut mendekati 3 dalam 1000 orang, sedangkan
sinusitis kronis lebih jarang kira-kira 1 dalam 1000 orang. Bayi di bawah 1
tahun tidak menderita sinusitis karena pembentukan sinusnya belum sempurna,
tetapi sinusitis dapat terjadi pada berbagai usia dengan cara lain. Sinus atau
sering pula disebut dengan sinus paranasalis adalah rongga udara yang terdapat
pada bagian padat dari tulang tenggkorak di sekitar wajah, yang berfungsi untuk
memperingan tulang tenggkorak. Rongga ini berjumlah empat pasang kiri dan
kanan. Rasa sakit di bagian dahi, pipi, hidung atau daerang diantara mata
terkadang dibarengi dengan demam, sakit kepala, sakit gigi atau bahan kepekaan
indra penciuman kita merupaan salah satu gejala sinusitis. Terkadang karena
gejala yang kita rasakan tidak spesifik, kita salah mengartikan gejala-gejala
tersebut dengan penyakit lain sehingga membuat penyakit sinusitis yang diderita
berkembang tanpa diobati.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa definisi Sinusitis ?
2. Bagaimana epidemiologi dari penyakit Sinusitis ?
3. Bagaimana etiologi dari penyakit Sinusitis ?
4. Bagaimana manifestasi klinik dari
penyakit Sinusitis ?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang
dari penyakit Sinusitis ?
6. Bagaiamana penatalaksanaan dari penyakit Sinusitis ?
7. Bagaimana pencegahan dari penyakit Sinusitis ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
definisi dari Sinusitis
2.
Untuk mengetahui
epidemiologi dari penyakit Sinusitis
3.
Untuk mengetahui
etiologi dari penyakit Sinusitis
4.
Untuk mengetahui
manifestasi klinik dari penyakit Sinusitis
5.
Untuk mengetahui
pemeriksaan penunjang dari penyakit Sinusitis
6.
Untuk mengetahui
penatalaksanaan dari penyakit Sinusitis
7.
Untuk mengetahui
pencegahan dari penyakit Sinusitis
D.
Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan
mahasiswa mampu memahami klien dengan sinusitis dan mampu mengimplementasikannya dalam
proses keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sinus paranasal merupakan salah satu
organ tubuh manusia yang sulit dideskripsi karena bentuknya sangat bervariasi
pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar
yaitu sinus maksila,sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sfenid kanan dan
kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang – tulang kepala,
sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium)
ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal
berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai pada
fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila
dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang
dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun.
Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian
posterosuperior rongga hidung. Sinus – sinus ini umumnya mencapai besar maksimal
pada usia antara 15-18 tahun.
A. MACAM – MACAM SINUSITIS
- SINUS MAKSILA
Sinus
maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume
6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran
maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa.
Sinus
maksila berbentuk pyramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os
maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan
infra-temporal mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga
hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah
prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah
superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui
infundibulum etmoid.
Dari segi
klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah 1) dasar sinus
maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan
P2), molar (M1 danM2), kadang – kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar
M3,bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga
infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis; 2) Sinusitis
maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita; 3) Ostium sinus maksila terletak
lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drenase hanya tergantung dari
gerak silia, lagi pula dreanase juga harus melalui infundibulum yang sempit.
Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat
radang atau alergi pada daerah ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan
selanjutnya menyebabkan sinusitis.
2.
SINUS FRONTAL
Sinus
frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus,
berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid.
Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan
mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun.
Sinus
frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari lainya dan
dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang
dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kuran lebih 5% sinus frontalnya
tidak berkembang.
Ukuran sinus
frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. sinus
fronta biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Taidak adanya
gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen
menunjukan adanya infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang
relative tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari
sinus fronta mudah menjalar ke daerah ini.
Sinus
frontal berdrenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal, yang
berhubungan dengan infundibulum etmoid.
3.
SINUS ETMOID
Dari semua
sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini
dianggap paling penting, karena dapat merupakan focus bagi sinus-sinus lainnya.
Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti pyramid dengan dasarnya di bagian
posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya
0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior.
Sinus etmoid
berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang
terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantar konka
media dan dinding dinding medial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi.
Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang
bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus
medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel
sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di depan
lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral
( lamina basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih
besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak diposterior dari lamina basalis.
Dibagian
terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal,
yang berhubungan sinus frontal. Selo etmoid yang terbesar disebut bula etmoid.
Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang di sebut
infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau
peradangan diresesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan
pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.
Atap sinus
etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding
lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus
etmoid darirongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan
dengan sinus sfenoid.
4.
SINUS SFENOID
Sinus
sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus
sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya
adalah 2 cm tingginya, dalamnya 2,3 cm dan lebarnya 1,7 cm. volumenya
bervariasi dari 5 sampai 7,5 ml. saat sinus berkembang, pembuluh darah dan
nervus dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga
sinus dan tampak sebagai indensitasi pada dinding sinus sfenoid.
Batas-batasnya
ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa,
sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus
kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan
disebelah posteriornya berbatasan dengan fosa serebri posterior didaerah pons.
B. KOMPLEKS OSTIO-MEATAL
Pada
sepertiga tengah dinding lateral hidung yaitu di meatus medius, ada muara-muara
saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus etmoid anterior. Daerah ini
rumit dan sempit, dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM), terdiri dari
infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus
frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium
sinus maksila.
C. SISTEM MUKOSILIAR
Seperti pada
mukosa hidung, di dalam sinus juga terdapat mukosa bersilia dan palut lendir
diatasnya. Di dalam sinus silia bergerak secara teratur untuk mengalirkan
lendir menuju ostium alamiahnya mengikuti jalur-jalur yang sudah tertentu
polanya.
Pada dinding
lateral hidung terdapat 2 aliran transport mukosiliar dari sinus. Lendir yang
berasal dari kelompok sinus anterior yang bergabung di infundibulum etmoid
dialirkan ke nasofaring di depan muara tuba Eusthacius. Lendir yang berasal
dari kelompok sinus posterior bergabung diresesus sfenoetmoedalis, dialirkan ke
nasofaring di posterior-superior muara tuba. Inilah sebabnya pada sinusitis di
dapati secret pasca-nasal (post nasal drip), tetapi belum tentu ada secret di
rongga hidung.
D. FUNGSI SINUS PARANASAL
Sampai saat
ini belum ada persesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal. Ada yang
berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa, karena
terbentuknya sebagai akibat pertumbuhan tulang muka.
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai
fungsi sinus paranasal antara lain:
- Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus
berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur kelembaban udara
inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah karean ternyata tidak didapati
pertukaran udara yang definitive antara sinus dan rongga hidung.
Volume
pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih 1/1000 volume sinus
pada tiap kali bernafas, sehingga di butuhkan beberapa jam untuk pertukaran
udara total dalam sinus. Lagi pula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi
dan kelenjar yang sebanyak mukosa hidung.
2.
Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus
paranasal berfungsi sebagai penahan (buffer) panas, melindungi orbita dan fosa
serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Akan tetapi kenyataanya
sinus-sinus yang besar tidak terletak di antara hidung dan organ-organ yang di
lindungi.
3.
Membantu keseimbangan kepala
Sinus
membantu keseimbanga kepala karena mengurangi berat tulang muka. Akan tetapi
bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya aka memberikan pertambahan
berat sebesar 1% dari berat kepala, sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.
4.
Membantu resonasi suara
Sinus ini
mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonasi suara dan mempengaruhi kualitas
suara. Akan tetapi ada yang berpendapat, posisi sinus dan ostiumnya tidak
memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagi pula tidaj
ada kolerasi antara resonasi suara dan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat
rendah.
5.
Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini
berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak, misalnya pada
waktu bersin atau membuang ingus.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Sinusitis
Sinusitis
adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa
sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. Secara
tradisional terbagi dalam akut (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut
(simptoms 3 minggu sampai 3 bulan), dan kronik.
Sinus
paranasal adalah rongga di dalam tulang kepala yang terletak disekitar hidung
dan mempunyai hubungan dengan rongga hidung melalui ostiumnya.
Ada
4 pasang sinus yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontalis dan sfenoid
kanan dan kiri dan beberapa sel-sel kecil yang merupakan sinus etmoid anterior
dan posterior.
Sinusitis
dapat berkembang dari demam yang lebih dari seminggu, tetapi tidak semua orang
dengan demam berkembang menjadi sinusitis. Prinsip utama dalam menangani
infeksi sinus adalah menyadari bahwa hidung dan sinus paranasalis hanyalah
sebagian dari sistem pernafasan. Penyakit yang menyerang bronkus dan paru-paru
juga dapat menyerang hidung dan sinus paranasalis. Oleh karena itu, dalam
kaitannya dengan proses infeksi, seluruh saluran nafas dengan perluasan-perluasan
anatomik harus dianggap sebagai satu kesatuan.
B.
Epidemologi
Angka
kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan
yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis
dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas
pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis.
C.
Etiologi
Infeksi
virus, bakteri atau jamur dari traktus respiratori atas lokasi lintasan udara
pada hidung, faring, sinus-sinus dan tenggorokan terbasuk infeksi virus yang
menyebabkan common cold, dapat berperan penting menjadi sinusitis. Jika infeksi
seperti cold inflames dan membrane mukosa hidung bengkak,pembengkakan membrane
dapat menyebabkan obtruksi sinus sehingga cairan mukosa tidak dapat keluar. Karena
saluran pembuang tertutup, sehingga tercipta lingkungan yang mana bakteri dan
virus terperangkap pada sinus dan berkembang biak.
Penanganan
penderita penyakit sinusitis :
1. Berikan obat atau antibiotik untuk
mengurangi nyeri
2. Usap/kompres wajah sekitar dahi, hidung dan
mata menggunakan handuk yang dibasuh air hangat
3. Mandi menggunakan air hangat
4. Tinggal di ruangan yang tidak pengap serta
udara yang bersih
5. Minum sesuatu yang hangat atau makan
makanan yang sedikit pedas untuk memperlebar rongga hidung
6. Jika penderita ingin bersin keluarkan saja
karena itu dapat sedikit melegakan hidung
D.
Manifestasi
Klinik
Manifestasi klinis
sinusitis sangat bervariasi. Keluhan utama yang paling sering ditemukan adalah
tidak spesifik, dan dapat berupa sekret nasal purulen, kongesti nasal, rasa
tertekan pada wajah, nyeri gigi, nyeri telinga, demam, nyeri kepala, batuk,
rasa lelah, halitosis, atau berkurangnya penciuman. Gejala seperti ini sulit
dibedakan dengan infeksi saluran nafas atas virus, sehingga durasi gejala
mejadi penting dalam diagnosis. Pasien dengan gejala diatas selama lebih dari 7
hari mengarahkan diagnosis kearah sinusitis.
Gejala infeksi sinus
maksilaris akut berupa demam, malaise dan nyeri kepala yang tak jelas yang biasanya
reda dengan pemberian analgetik biasa aspirin. Wajah terasa bengkak, penuh, dan
gigi terasa nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau
turun tangga11,15,16. Seringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan
menusuk, serta nyeri pada palpasi dan perkusi. Sekret mukopurulen dapat keluar
dari hidung dan terkadang berbau busuk. Batuk iritatif non produktif seringkali
ada. Selama berlangsungnya sinusitis maksilaris akut, pemeriksaan fisik akan
mengungkapkan adanya pus dalam hidung, biasanya dari meatus media, pus atau
sekret mukopurulen dalam dalam nasofaring.
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan, yaitu:
1. Pemeriksaan
transluminasi
Pada pemeriksaan ini, sinus yang sakit
akan tampak suram atau gelap. Hal ini lebih mudah diamati bila sinusitis
terjadi pada satu sisi wajah karena akan nampak perbedaan antara sinus yang
sehat dengan sinus yang sakit.
2. Pencitraan
Dengan foto kepala posisi Water’s, PA,
dan lateral, akan terlihat terselubungan atau penebalan mukosa pada sinus yang
sakit. CT Scan adalah pemeriksaan pencitraan yang terbak dalam kasus sinusitis.
3. Kultur
Karena pengobatan harus dilakuka dengan
mengarah kepada organisme penyebab, maka kultur dianjurkan. Bahan kultur dapat
diambil dari meatus, medius superior, atau aspirasi sinus.
4. Anamnese
Pemeriksaan pada anamnese didapati
keluhan pasien Kongesti hidung/sumbatan hidung, sekret hidung purulen, sakit
kepala, nyeri atau rasa tertekan pada wajah, ganguan penghidu, sedangkan untuk
anak: batuk dan iritabilitas. Kriteria minor antara lain : demam dan halitosis
5. Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan rinoskopi anterior dan
rinoskopi posterior serta palpasi turut membantu menemukan nyeri tekan pada
daerah sinus yang terkena.
6. Pemeriksaan
radiologi
Foto rontgen sinus paranasal
Pemeriksaan radiologik yang dapat dibuat
antara lain:
a. Waters
b. PA
c. Lateral.
Pembengkakan
permukaan mukosa yang berbatas tegas pada resesus alveolaris antrum maksila
biasanya terjadi akibat infeksi yang berasal dari gigi atau daerah periodontal.
Jika
cairan tidak mengisi seluruh rongga sinus, selalu dapat dilihat adanya batas
cairan (air fluid level) pada foto dengan posisi tegak.
CT-Scan (Computer
Tomography) sinus paranasal
Sinus
maksila, rongga hidung, septum nasi dan konka terlihat pada penampang CT-Scan
aksial dan koronal. Pada sinusitis dengan komplikasi, CT-Scan adalah cara yang
terbaik untuk memperlihatkan sifat dan sumber masalah.
CT-Scan koronal
dari sinus paling baik untuk pembedahan, memberikan visualisasi yang baik
tentang anatomi rongga hidung, komplek osteomeatal, rongga-rongga sinus dan
struktur-struktur yang mengelilinginya seperti orbita, lamina kribiformis, dan
kanalis optikus. Obstruksi anatomi pada komplek osteomeatal dan
kelainan-kelainan gigi akan terlihat jelas.
7. Nasoendoskopi
Nasoendoskopi ini akan
mempermudah dan memperjelas pemeriksaan karena dapat melihat bagian-bagian
rongga hidung yang berhubungan dengan faktor lokal penyebab sinusitis.
Pemeriksaan
nasoendoskopi dapat melihat adanya kelainan septum nasi, meatus media, konka
media dan inferior, juga dapat mengetahui adanya polip atau tumor.
F.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
sinusitis terbagi atas :
1. Medikamentosa
Pengobatan medikamentosa sinusitis
dibagi atas pengobatan pada orang dewasa dan anak – anak.
A. Orang
dewasa
1.
Terapi Awal :
a. Amoxicillin875
mg per oral 2x sehari selamaa 10 hari , atau
b. TMP-SMX 160mg
– 800mg per oral 2x sehari selama 10 hari
2.
Pasien dengan paparan
antibiotik dalam 30 hari terakhir
a.
Amoxicillin
1000mg per oral 2x sehari selama 10 hari
b.
Amoxicillin
/ Clavulanate 875 mg per oral 2x sehari selama 10
hari
c.
Levofloxacin
500mg per oral sehari selama 7 hari
3.
Pasien dengan gagal
pengobatan
a.
Amoxicillin dengan
klavulanat 125mg per oral 2x sehari selama 10 hari
b.
Amoxicillin 1500mg per
oral 2x sehari dengan Clindamycin 300mg per oral 4x sehari selama 10 hari.
c. Levofloxacin
500mg per oral sehari dalam 7 hari
B. Anak
– anak
1. Terapi
awal: Pengobatan oral selama 10 hari dengan :
a.
Amoxicillin 45 – 90
mg/kg/hr terbagi dalam dua atau tiga dosis sehari
b. Cefuroxime
axetil 30 mg/kg/hr terbagi dalam dua dosis sehari
c. Cefdinir
14 mg/kg/hr 1 dosis sehari
2. Pasien
dalam paparan antibitik dalam 30 hari terakhir : Pengobatan oral selama 10 hari
dengan :
a.
Amoxicillin 90 mg/kg/hr
(Maksimal 2 gram) plus Clavulanate 6,4 mg/kg/hr, keduanya terbagi dalam dua
dosis sehari
b. Cefuroxime
axetil 30 mg/kg/hr terbagi dalam dua dosis sehari
c. Cefdinir
14 mg/kg/hr 1 dosis sehari
G.
Pencegahan
Cara pencegahan penyakit sinusitis
1.
Makan makanan bergizi serta konsumsi vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh
2. Rajin berolah raga, karena tubuh yang sehat
tidak mudah terinfeksi virus penyakit
3. Hindari merokok karena merokok bisa
menyebabkan hidung iritasi dan mempermudah kuman masuk
4. Usahakan hidung selalu lembab meskipun
udara sedang panas terik atau dingin karena hidung yang kering lebih rentan
terkena infeksi
5. Hindari efek buruk dari polusi udara dengan
mengenakan masker
6.
Bersihkan ruang tempat tinggal dari debu serta partikel kecil lainnya yang
dapat memicu berkembangnya virus penyakit
7.
Istirahat yang cukup Demikian informasi yang diberikan berkaitan dengan
tanda-tanda penyakit sinusitis, cara penanganan serta cara pencegahannya.
Penyakit sinusitis tidak dapat dianggap remeh karena jika sudah parah akan
membahayakan penderitanya. Kesadaran atas kesehatan untuk diri sendiri serta
kerja sama dan perhatian dari orang-orang terdekat dapat membantu kita
terhindar dari penyakit sinusitis maupun penyakit lainnya. Kesehatan adalah
bagian terpenting dalam hidup, ada baiknya kita lebih baik mencegah terkena
penyakit dari pada harus mengobatinya.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sinusitis
adalah proses peradangan atau infeksi dari satu atau lebih pada membran mukosa
sinus paranasal dan terjadi obstruksi dari mekanisme drainase normal. Secara
tradisional terbagi dalam akut (simptoms kurang dari 3 minggu), subakut
(simptoms 3 minggu sampai 3 bulan), dan kronik.
Rongga sinus sendiri terdiri dari 4
jenis yaitu :
a.
Sinus
Frontal, terletak di atas meja dibagian tengah dari masing-masing alis.
b.
Sinus
Maxillary, terletak diantara tulang pipi, tepat di sampig hidung.
c.
Sinus
Ethmooid, terletak di antara mata, tepat dibelakang tulang hidung.
d.
Sinus
Sphenoid, terletak dibelakang sinus ethmoid dan di belakang mata.
Sinusitis akut dapat disebabkan oleh kerusakan lapisan
rongga sinus akibat infeksi atau tindakan bedah. Sedangkan sinusitis subakut
biasanya disebakan oleh infeksi atau tidakan bedah. Sedangkan sinusitis kronis
biasanya di sebabkan oleh infeksi bakteri. Sinusitis dapat dibagi menjadi dua
tipe besar yaitu berdasarkan lamanya penyakit (akut, subakut, khronis) dan
berdasarkan jenis peradangan yang terjadi (infeksi dan non infeksi). Disebut
sinusitis akut bila lamanya penyakit kurang dari 30 hari. Sinusitis subakut
bila lamanya penyakit antara 1 bulan sampai 3 bulan, sedangkan sinusitis
khronis bila penyakit diderita lebih dari 3 bulan.
B. Saran
Dalam makalah ini terdapat
penjelasan tentang Sinusitis, supaya semua mahasiswi dapat memahami Sinusitis
dan mengetahui bagaimana Sinusitis bagi manusia, baik ciri-ciri, cara
pengobatan, klasifikasi, maupun cara pencegahannya. Perbanyak berolahraga yang
teratur, khususnya setelah waktu subuh di mana udara pagi saat itu masih jernih
dan bersih. Perbanyak menghirup udara bersih, dengan cara menghirup dan
mengeluarkannya perlahan-lahan. Hal ini sangat bermanfaat selain untuk
menguatkan paru-paru juga untuk mengisi daerah sinus dengan oksigen. Sehingga
daerah-daerah sinus menjadi lebih bersih dan kebal terhadap berbagai infeksi
dan bakteri.
DAFTAR
PUSTAKA
Higler, AB. 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC
Gani,
A. 2014.sinusitis. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39684/4/Chapter%20II.pdf
Slideshare.2013.Sinuitis,(online),(http://www.slideshare.net/ardiantokotua/pencegahan-penyakit-sinusitis
diakses 20 Februari 2015)
Soepardi, EA. 2007. Buku
Ajar Ilmu Kersehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta:
Gaya Baru
Williey, Lieya. http://www.academia.edu/7866167/169746128-Case-Sinusitis-Maksilaris
terimakasih banyak buat informasinya...
BalasHapushttp://acemaxsshop.com/obat-penyakit-sinusitis-herbal/
Samasama semoga bermanfaat
Hapus