Minggu, 25 Januari 2015

Parasitologi (Microsporidia)



Microsporidia
1.     Sejarah
Microsporidia termasuk Phylum Microspora. Phylum ini mengandung lebih dari 100 genusdan 1000 spesies. Kasus infeksi dilaporkan pada tahun 1959 pada seorang laki-laki Jepang yang pada pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan genus Encephalitozoon. Ada 7 genus yang dapat menginfeksi manusia yaitu, Enterocytozoon, Encephalitozoon, Nosema, Trachipleistophora, Pleistophora, Microsporidium dan brachiola.

2.     Hospes dan Nama Penyakit
Microsporidia ditemukan pada invertebrate dan vertebrata termasuk insekta, ikan , burung dan mamalia. Penyakit yang ditimbulkan disebut mikrosporidiosis.
Table 1. Tempat infeksi Microsporidia pada hospes
Spesies
Hospes
Tempat Infeksi
 Enterocytozoon bieneusi

Manusia, babi, primata
Epitel usus halus, epitel saluran dan kandung empedu, hati, yang jarang polip hidung dan epitelbronkial
Encephalitozoon cuniculi
Mamalia termasuk manusia
Hati, peritoneum, ginjal, usus, mata
 Encephalitozoon hellem

Manusia, burung betet
Epitel kornea dan konjungtiva, polip hidung, ginjal
 Encephalitozoon intestinalis

Manusia
Epitel usus halus sampai kolon,makrofag pada lamia propria, ginjal, mata dan kandung empedu
Trachipleistophora hominis

Manusia
Otot skelet, otot jantung, epitelkornea, ginjal, nasofaring
Trachipleistophoraanthropophthera

Manusia
Otak, ginjal, jantung, pancreas, tiroid, paratiroid, hati, limpa, sumsum tulang
Pleistophora spp
Manusia, ikan
Otot skelet
Vittaforma corneae (nosemacorneum)
Manusia
Stroma kornea
Nasema ocularum
Manusia
Stroma kornea
Microsporidium ceylonensis
Manusia
Stroma kornea
Microsporidium africanum
Manusia
Stroma kornea





3.     Distribusi Geografik
Parasit ini ditemukan di seluruh dunia.

4.     Morfologi dan Daur Hidup
Microsporidia adalah parasit obligat intraseluler yang mempunyai 2 fase perkembangan yaitu fase skizogoni (merogoni) dan fase sporogoni. Microsporidia berukuran 1-20 mikron. Spora dapat berbentuk sferis, oval, atau memanjang. Infeksi dimulai dengan masuknya spora kedalam sel hospes. Setelah terjadi penonjolan polar filament dan pengeluaran isi spora ke dalam sel hospes, parasit akan membelah diri melalui proses merogoni yang diikuti diferensiasi menjadi spora (sporogoni). Sporoplasma yang masuk kedalam sel hospes akan bermultipikasi dan berkembang biak menjadi meron berinti banyak, membrane sel akan menebal yang kemudian akan berdiferenisiasi mmembentuk sporon. Sporon membelah dan membentuk sporoblas. Pada akhirnya sporoblas akan mengalami sitokinensis dan menghasilkan spora matang. Sel hospes yang terinfeksi pecah dan mengeluarkan spora, yang dapat menginfeksi sel lain.   
Infeksi E.bieneusi terutama berlokasi pada usus halus, walaupun traktus bilier dapat terkena. Tempat lainnya adalah ginjal, hati, sinus, dan otak.
5.     Patologi dan Gejala Klinis
Lesi dan respon imun yang ditimbulkan oleh Microsporidia tergantung pada status imunhospes. Pada hospes imunokompeten infeksi dapat menjadi kronis dan subklinis. Pada hospes imunokompromais dapat mengakibatkan kematian. Microsporidia dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia dan melibatkan berbagai sitem organ yaitu intestinal, mata, otak, jantung, hati, sinus, paru, otot, dan ginjal.

6.     Diagnosis
Diagnosis Microsporidia pada umumnya berdasarkan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya atau electron, metode molekuler dan uji serologi. Specimen yang dapat digunakan adalah tinja, urin, sputum, bilasan bronkoalveolar, sekresi nasal, cairan serebrospinal dan biopsy jaringan. Untuk diagnosis konjungtivitas atau keratis dapat dilakukan dengan pemeriksaan apus konjungtiva atau kornea, kerokan atau biopsy specimen.
Penilaian semikuantitatif jumlah spora per sampel tinja menurut Molina :
0 : tidak ada spora
1 : spora jarang
2 : beberapa spora
3: banyak spora
Mikroskop cahaya dan transmission electron microscopy (TEM) adalah standar untuk diagnosis mikrosporidiosis, namun tidak dapat membedakan spesies.

7.     Mikroskop Cahaya
Pada modifikasi trikrom, spora tampak berbentuk oval dan berwarna merah muda. Specimen yang dapat didunakan dengan pewarnaan modifikasi trikrom adalah tinja dan cairan tubuh lain.

8.     Pewarnaan Giemsa
Spora dengan pewarnaan Giemsa akan berwarna biru muda. Pewarnaan gram Brown Brenn dan pewarnaan perak Warthin-Starry sering digunakan untuk mendeteksi Microsporidia pada potongan jaringan.

9.     Pengobatan
Albendazol untuk  Microsporidia invasive terutama genus Encephalitozoon. Kerjanya menghambat polimerisasi mikrotubul selama pembelahan inti sehingga mencegah pemisahaan kromosom. Dengan demikian pembelahan parasit dihambat dan mempunyai efek parasitosid.
            Fumagillin merupakan antibiotik yang diproduksi oleh jamur Aspergillus fumigatus. Jika diberikan secara sistemik dengan dosis 20 mg 3 x sehari selama 2 minggu efektif untuk infeksi E.bienuesi dan secara topical dapat mengobati keratokonjungtivitis yang disebabkan oleh Encephalistozoon spp. Talidomid dapat digunakan untuk mengobati infeksi E.bieneusi yang tidak respon terhadap albendazol, dengan dosis 100 mg 4 x sehari selama 30 hari. Nitazoksanid diberikan 2 x 1 g perhari selama 60 hari. Itrakonazol, metronidazole, isetionat propamidin topical digunakan untuk infeksi epitel kornea.
10.                         Epidemiologi
Parasit dapat hidup di air pada suhu 4oC selama lebih dari 1 tahun. Transmisi Microsporidia terutama melalui fekal-oral atau urino-oral. Transmisi transplasental sering pada karnivora, tetapi belum dibuktikan pada manusia. Walaupun jarang juga pernah dilaporkan infeksi trauma.

Sumber : MAKALAH SPOROZOA oleh Joe Irawan pada tanggal 06 Mei 2012 dalam Scribd.
(http://www.scribd.com/doc/92603540/MAKALAH-SPOROZOA#scribd)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar