Microsporidia
1.
Sejarah
Microsporidia
termasuk Phylum Microspora. Phylum ini mengandung lebih dari 100 genusdan
1000 spesies. Kasus infeksi dilaporkan pada tahun 1959 pada seorang laki-laki
Jepang yang pada pemeriksaan cairan serebrospinal ditemukan genus Encephalitozoon.
Ada 7 genus yang dapat menginfeksi manusia yaitu, Enterocytozoon,
Encephalitozoon, Nosema, Trachipleistophora, Pleistophora, Microsporidium
dan brachiola.
2.
Hospes dan Nama Penyakit
Microsporidia
ditemukan pada invertebrate dan vertebrata termasuk insekta, ikan , burung dan
mamalia. Penyakit yang ditimbulkan disebut mikrosporidiosis.
Table 1. Tempat infeksi
Microsporidia pada hospes
Spesies
|
Hospes
|
Tempat
Infeksi
|
|
Enterocytozoon bieneusi
|
Manusia, babi, primata
|
Epitel usus halus, epitel saluran dan
kandung empedu, hati, yang jarang polip hidung dan epitelbronkial
|
|
Encephalitozoon cuniculi
|
Mamalia termasuk manusia
|
Hati, peritoneum, ginjal, usus, mata
|
|
Encephalitozoon hellem
|
Manusia, burung betet
|
Epitel kornea dan konjungtiva, polip
hidung, ginjal
|
|
Encephalitozoon intestinalis
|
Manusia
|
Epitel usus halus sampai
kolon,makrofag pada lamia propria, ginjal, mata dan kandung empedu
|
|
Trachipleistophora hominis
|
Manusia
|
Otot skelet, otot jantung,
epitelkornea, ginjal, nasofaring
|
|
Trachipleistophoraanthropophthera
|
Manusia
|
Otak, ginjal, jantung, pancreas, tiroid,
paratiroid, hati, limpa, sumsum tulang
|
|
Pleistophora spp
|
Manusia, ikan
|
Otot skelet
|
|
Vittaforma corneae (nosemacorneum)
|
Manusia
|
Stroma kornea
|
|
Nasema ocularum
|
Manusia
|
Stroma kornea
|
|
Microsporidium ceylonensis
|
Manusia
|
Stroma kornea
|
|
Microsporidium africanum
|
Manusia
|
Stroma kornea
|
|
3.
Distribusi Geografik
Parasit
ini ditemukan di seluruh dunia.
4.
Morfologi dan Daur Hidup
Microsporidia adalah parasit obligat
intraseluler yang mempunyai 2 fase perkembangan yaitu fase skizogoni (merogoni)
dan fase sporogoni. Microsporidia berukuran 1-20 mikron. Spora dapat berbentuk
sferis, oval, atau memanjang. Infeksi dimulai dengan masuknya spora kedalam sel
hospes. Setelah terjadi penonjolan polar filament dan pengeluaran isi spora ke
dalam sel hospes, parasit akan membelah diri melalui proses merogoni yang diikuti
diferensiasi menjadi spora (sporogoni). Sporoplasma yang masuk kedalam sel
hospes akan bermultipikasi dan berkembang biak menjadi meron berinti banyak,
membrane sel akan menebal yang kemudian akan berdiferenisiasi mmembentuk
sporon. Sporon membelah dan membentuk sporoblas. Pada akhirnya sporoblas akan
mengalami sitokinensis dan menghasilkan spora matang. Sel hospes yang
terinfeksi pecah dan mengeluarkan spora, yang dapat menginfeksi sel lain.
Infeksi E.bieneusi terutama
berlokasi pada usus halus, walaupun traktus bilier dapat terkena. Tempat
lainnya adalah ginjal, hati, sinus, dan otak.
5.
Patologi dan Gejala Klinis
Lesi
dan respon imun yang ditimbulkan oleh Microsporidia tergantung pada status
imunhospes. Pada hospes imunokompeten infeksi dapat menjadi kronis dan
subklinis. Pada hospes imunokompromais dapat mengakibatkan kematian.
Microsporidia dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia dan melibatkan
berbagai sitem organ yaitu intestinal, mata, otak, jantung, hati, sinus, paru,
otot, dan ginjal.
6.
Diagnosis
Diagnosis Microsporidia
pada umumnya berdasarkan pemeriksaan dengan mikroskop cahaya atau electron,
metode molekuler dan uji serologi. Specimen yang dapat digunakan adalah tinja,
urin, sputum, bilasan bronkoalveolar, sekresi nasal, cairan serebrospinal dan biopsy jaringan.
Untuk diagnosis konjungtivitas atau keratis dapat dilakukan dengan pemeriksaan
apus konjungtiva atau kornea, kerokan atau biopsy specimen.
Penilaian
semikuantitatif jumlah spora per sampel tinja menurut Molina :
0 : tidak ada spora
1 : spora jarang
2 : beberapa spora
3: banyak spora
Mikroskop
cahaya dan transmission electron microscopy (TEM) adalah standar untuk diagnosis
mikrosporidiosis, namun tidak dapat membedakan spesies.
7.
Mikroskop Cahaya
Pada
modifikasi trikrom, spora tampak berbentuk oval dan berwarna merah muda. Specimen
yang dapat didunakan dengan pewarnaan modifikasi trikrom adalah tinja dan
cairan tubuh lain.
8.
Pewarnaan Giemsa
Spora
dengan pewarnaan Giemsa akan berwarna biru muda. Pewarnaan gram Brown Brenn dan
pewarnaan perak Warthin-Starry sering digunakan untuk
mendeteksi Microsporidia pada potongan jaringan.
9.
Pengobatan
Albendazol untuk Microsporidia invasive terutama
genus Encephalitozoon. Kerjanya menghambat polimerisasi mikrotubul selama
pembelahan inti sehingga mencegah pemisahaan kromosom. Dengan demikian
pembelahan parasit dihambat dan mempunyai efek parasitosid.
Fumagillin
merupakan antibiotik yang diproduksi oleh jamur Aspergillus fumigatus. Jika diberikan secara sistemik dengan
dosis 20 mg 3 x sehari selama 2 minggu efektif untuk infeksi E.bienuesi
dan secara topical dapat mengobati keratokonjungtivitis yang disebabkan
oleh Encephalistozoon spp. Talidomid dapat digunakan untuk mengobati
infeksi E.bieneusi yang tidak respon terhadap albendazol, dengan dosis 100
mg 4 x sehari selama 30 hari. Nitazoksanid diberikan 2 x 1 g perhari selama 60
hari. Itrakonazol, metronidazole, isetionat propamidin topical digunakan
untuk infeksi epitel kornea.
10.
Epidemiologi
Parasit
dapat hidup di air pada suhu 4oC selama lebih dari 1 tahun. Transmisi Microsporidia
terutama melalui fekal-oral atau urino-oral. Transmisi transplasental sering
pada karnivora, tetapi belum dibuktikan pada manusia. Walaupun jarang juga
pernah dilaporkan infeksi trauma.
Sumber : MAKALAH SPOROZOA oleh Joe Irawan
pada tanggal 06 Mei 2012 dalam Scribd.
(http://www.scribd.com/doc/92603540/MAKALAH-SPOROZOA#scribd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar